LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN
Kata
Pengantar
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya
sehingga tim penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini yang dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat
pendidikandalam judul “LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN.”.
Selanjutnya
tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan
namanya satu persatu. Adapun kami
juga menyadari bahwa makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu,
kami disini sangatlah mengharapkan kritik dan saran kepada semua pihak agar
kedepannya kami dapat memperbaiki dimana letak kesalahan yang telah kami
perbuat.
Jambi, 16 september 2021
Penulis
PENDAHULUAN
Pendidikan akan dapat dilaksanakan
secara mantap, jelas arah tujuannya, relevan isi kurikulumnya, serta efektif
dan efisien metode atau caracara pelaksanaannya hanya apabila dilaksanakan
dengan mengacu pada suatu landasan yang kokoh. Sebab itu, sebelum melaksanakan
pendidikan, para pendidik perlu terlebih dahulu memperkokoh landasan
pendidikannya. Mengingat hakikat pendidikan adalah humanisasi, yaitu upaya
memanusiakan manusia, maka para pendidik perlu memahami hakikat manusia sebagai
salah satu landasannya. Konsep hakikat manusia yang dianut pendidik akan
berimplikasi terhadap konsep dan praktek pendidikannya. Bahan ajar mandiri ini
akan membantu Anda untuk memahami konsep landasan pendidikan, hakikat manusia,
dan implikasi hakikat manusia terhadap pendidikan. Dengan mempelajari bahan
ajar mandiri ini padaakhirnya Anda akan dapat mengidentifikasi prinsip-prinsip
antropologis sebagai asumsi mengenai keharusan pendidikan (mengapa manusia
perlu dididik dan mendidik diri), prinsip-prinsip antropologis mengenai
kemungkinan pendidikan(mengapa manusia dapat dididik), dan pengertian
pendidikan. Semua ini akan mengembangkan wawasan kependidikan Anda dan akan
berfungsi sebagai titik tolak dalam rangka praktek pendidikan maupun studi
pendidikan lebih lanjut. Materi bahan ajar mandiri ini terdiri atas tiga sub
pokok bahasan. Sub pokok bahasan pertama mencakup pengertian landasan filosofis
pendidikan, jenis-jenis landasan pendidikan, dan fungsi landasan pendidikan.
Sub pokok bahasan kedua mencakup konsep hakikat manusia, prinsip-prinsip antropologis
mengenai keharusan pendidikan dan prinsip-prinsip antroplogis mengenai
kemungkinan pendidikan. Adapun sub pokok bahasan ketiga berkenaan dengan
implikasi hakikat manusia terhadap pengertian pendidikan.
Berdasarkan
dengan pemaparan latar belakang diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
dalam melaksanakan landasan filosofis pendidikan perlu untuk diketahui terlebih
dahulu mengenai subjudul dalam pokok permasalahan
ini, yang antara lain sebagai berikut.
1. Apa definisi landasan
filosofis pendidikan?
2. Apa saja jenis - jenis landasan
filosofis pendidikan?
3. Apa fungsi dari landasan
filosofis pendidikan?
PEMBAHASAN
A. Definisi Landasan filosofis
pendidikan
Landasan. Di
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:260) istilah landasan diartikan
sebagai alas, dasar, atau tumpuan. Adapun istilah landasan sebagai dasar
dikenal pula sebagai fundasi. Mengacu kepada pengertian tersebut, kita dapat
memahami bahwa landasan adalah suatu alas atau dasar pijakan dari sesuatu hal;
suatu titik tumpu atau titik tolak dari sesuatu hal; atau suatu fundasi tempat
berdirinya sesuatu hal.
Berdasarkan
sifat wujudnya terdapat dua jenis landasan, yaitu: (1) landasan yang bersifat
material, dan (2) landasan yang bersifat konseptual. Contoh landasan yang
bersifat material antara lain berupa landasan pacu pesawat terbang dan fundasi
bangunan gedung. Adapun contoh landasan yang bersifat konseptual antara lain
berupa dasar Negara Indonesia yaitu Pancasila dan UUD RI Tahun 1945; landasan
pendidikan.
Filosofis,
berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas suku kata philein/philos yang
artinya cinta dan sophos/Sophia yang artinya kebijaksanaan, hikmah, ilmu,
kebenaran. Secara maknawi filsafat dimaknai sebagai suatu pengetahuan yang
mencoba untuk memahami hakikat segala sesuatu untuk mencapai kebenaran atau
kebijaksanaan. Untuk mencapai dan menemukan kebenaran tersebut, masing-masing
filosof memiliki karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan lainnya.
Demikian pula kajian yang dijadikan obyek telaahan akan berbeda selaras dengan
cara pandang terhadap hakikat segala sesuatu.
Pendidikan.
Sebagaimana telah dikemukakan dalam pendahuluan, hakikat pendidikan tiada lain
adalah humanisasi. Tujuan pendidikan adalah terwujudnya manusia ideal atau
manusia yang dicita-citakan sesuai nilai-nilai dan normanorma yang dianut. .
Contoh manusia ideal yang menjadi tujuan pendidikan tersebut antara lain:
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat,
cerdas, terampil, dst. Sebab itu, pendidikan bersifat normativ dan mesti dapat
dipertanggungjawabkan Maksudnya, pendidikan harus dilaksanakan secara disadari
dengan mengacu kepada suatu landasan yang kokoh, sehingga jelas tujuannya,
tepat isi kurikulumnya, serta efisien dan efektif cara-cara pelaksanaannya.
Implikasinya, dalam pendidikan, menurut Tatang S (1994) mesti terdapat momen
berpikir dan momen bertindak. Secara lebih luas dapat dikatakan bahwa dalam
rangka pendidikan itu (Redja M; 1994), terdapat momen studi pendidikan dan
momen praktek pendidikan. Momen studi pendidikan yaitu saat berpikir atau saat
mempelajari pendidikan dengan tujuan untuk memahami/menghasilkan sistem konsep
pendidikan.
Landasan
Filosofis Pendidikan. Berdasarkan uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa landasan filosofis pendidikan adalah asumsi filosofis
yang dijadikan titik tolak dalam rangka studi dan praktek pendidikan.
Sebagaimana telah Anda pahami, dalam pendidikan mesti terdapat momen studi
pendidikan dan momen praktek pendidikan. Melalui studi pendidikan antara lain
kita akan memperoleh pemahaman tentang landasan-landasan pendidikan, yang akan
dijadikan titik tolak praktek pendidikan. Dengan demikian, landasan filosofis
pendidikan sebagai hasil studi pendidikan tersebut, dapat dijadikan titik tolak
dalam rangka studi pendidikan yang bersifat filsafiah, yaitu pendekatan yang
lebih komprehensif, spekulatif, dan normatif.
B.
Jenis jenis landasan
filosofis pendidikan
Landasan
filosofis pendidikan dapat dibedakan dalam beberapa macam, yaitu :
1) Landasan Filosofis Pendidikan. Landasan
filosofis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari filsafat yang
menjadi titik tolak dalam pendidikan. Ada berbagai aliran filsafat, antara lain:
·
Idealisme
·
Realisme
·
Pragmatisme
·
Pancasila;
dsb.
·
2) Landasan
ilmiah pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari disiplin ilmu tertentu yang menjadi titik
tolak dalam pendidikan.
3) Landasan Hukum/Yuridis
Pendidikan. Landasan hukum/yuridis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang
bersumber dari peraturan perundangan yang berlaku, yang dijadikan titik tolak
dalam pendidikan.
4) Landasan deskriptif pendidikan adalah
asumsi-asumsi tentang kehidupan manusia sebagai sasaran pendidikan apa adanya
(Dasein) yang dijadikan titik tolak dalam rangka pendidikan.
C. Fungsi Landasan Filosofi Pendidikan
Pendidikan yang diselenggarakan dengan
suatu landasan yang kokoh, maka prakteknya akan mantap, benar dan baik, relatif
tidak akan terjadi kesalahan-kesalahan yang dapa tmerugikan, sehingga praktek
pendidikan menjadi efisien, efektif, dan
relevan dengan kebutuhan individu, masyarakatdanpembangunan.
Contoh: Dalam praktek
pendidikan,paraguruan taralain dituntut agar melaksanakan peranan sesuai
semboyan“tut wuri handayani”. Untuk
itu, paraguru idealnya memahami dan meyakini asumsi-asumsi dari semboyan tersebut.Sebabjika tidak, sekalipun
tampaknya guru tertentu berbuat “seperti” melaksanakan peranan sesuai semboyan
tut wuri handayani, namun perbuatan itu tidak akan disadarinya sebagai
perbuatan untuk tut wuri handayani bagi parasiswanya. Bahkan kemungkinan
perbuatan guru tersebut akan lebih sering bertentangan dengan semboyan
tersebut. Misalnya, guru kurang
menghargai bakat masing-masing siswa; semua siswa dipandang sama, tidak
memiliki perbedaan individual; guru lebih sering mengatur apa yang harus diperbuat
siswa dalam rangka belajar, guru tidak menghargai kebebasan siswa; dll. Guru
berperan sebagai penentu perkembangan pribadi siswa, guru berperan sebagai
pembentuk prestasi siswa, guru berperan sebagai pembentuk untuk menjadi siapa
para siswanya di kemudian hari. Dalam contoh ini, semboyan tinggal hanya
sebagai semboyan. Sekalipun guru hapal betul semboyan tersebut, tetapi jika
asumsi-asumsinya tidak dipahami dan tidak diyakini,maka perbuatan dalam praktek
pendidikannya tetap tidak bertitik tolak pada semboyan tadi, tidak
mantap,terjadikesalahan,sehingga tidak efisien dan tidak efektif.Sebaliknya,
jika guru memahami dan meyakini asumsi-asumsi dari semboyan tut wuri handayani
(yaitu: kodrat alam dan kebebasan siswa), maka iaakan dengan sadar dan mantap melaksanakan
peranannya. Dalam hal ini ia akan relatif tidak melakukan kesalahan. Misalnya:
guru akan menghargai danmempertimbangkan bakat setiap siswa dalam rangka
belajar, sekalipun para siswa memiliki kesamaan, tetapi guru juga menghargai
individualitas setiap siswa. Guru akan memberikan kesempatan kepada para siswa
untuk mengatur diri mereka sendiri dalam rangka belajar, guru menghargai
kebebasan siswa.
PENUTUP
Berdasarkan uraian diatas, jelas kiranya bahwa asumsi atau landasan pendidikan akan berfungsi sebagai titik tolak atau tumpuan bagi para guru dalam melaksanakan praktek pendidikan.
Ada berbagai jenis landasan pendidikan yang perlu kita ketahui, antara jenis landasan pendidikan yang satu dengan jenis landasan pendidikan yang lainnya akan saling melengkapi. Dalam rangka mempelajari landasan pendidikan, akan ditemukan berbagai asumsi yang mungkin dapat kita sepakati. Di samping itu,mungkin pula ditemukan berbagai asumsi yang tidak dapat kita sepakati karena bertentangan dengan keyakinan atau pendapat yang telah kita anut. Namun demikian, hal yang terakhir ini hendaknya tidak menjadi alasan sehingga kita tidak mau mempelajarinya. Sebab semua itu justru akan memperluas dan memperjelas wawasan kependidikan kita. Hanya saja kita mesti pandai memilah dan memilih mana yang harus ditolak dan mana yang seharusnya diterima sertakita anut. Ini adalah salah satu peranan pelaku studilandasan pendidikan, yaitumembangun landasan kependidikannya sendiri.Landasanbpendidikan yang dianut itulah yang akan berfungsi sebagai titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan/atau studi pendidikan lebih lanjut.
No comments:
Post a Comment